"Engkau yang sedang patah hati..."
Yapp, seperti judul postinganku kali ini, yg merupakan sedikit penggalan
dari lirik lagu yg nyentuh bgt (menurutku). Judul lagu ny "Pedih", yang
nyanyiin salah satu band indie yg namanya "Last Child". di denger 1
kali, kok rasa penasaran tiba2 muncul, jadi pngn denger lagi, lagi &
lagi. Setelah bner2 disimak, ajaib, dgn sndri nya langsung obsessed
(ntah krn pengalaman pribadi ato ap) yg jelas ni lagu bnr2
menginspirasi. Meskipun cenderung mellow, tapi liriknya yg lugas &
warna musiknya yg khas (yg jelas gak norak kaya "boyband" yg bermunculan
belakangan ini), jadi kekuatan tersendiri menurutku. Menjelaskan
kehidupan apa adanya.
Makanya kali ini ane tertarik buat
mengupas bait per bait, kalimat per kalimat, kata per kata (huruf per
huruf jg klo perlu mah, hehe). Kali aj kita bisa dapet hikmah & ilmu
hidup serta pembelajaran yg mungkin berguna nantinya buat diri kita
sndri ato mgkn bwt org2 yg kita sayangi. Okey, kita mulai dari bait yg
ini:
"Engkau yang sedang patah hati. Menangislah dan
jangan ragu ungkapkan. Betapa pedih hati yang tersakiti. Racun yang
membunuhmu secara perlahan".
"Engkau yang saat ini pilu.
Betapa menanggung beban kepedihan. Tumpahkan sakit itu dalam tangismu.
Yang menusuk relung hati yang paling dalam".
Yapp, bagian
ini dengan gamblang ngasi tau ke kita tentang suatu kondisi "menderita",
"Sakit hati", ato apalah kata persis yg menjelaskan bahwasanya bagian
paling sensitif dari seorang manusia yaitu "Hati" mengalami shock berat
yg menyebabkan efek samping berupa perasaan pilu, pedih, sakit yg
mendalam & dalam waktu yg relatif lama (biasa na gara2 dimarahin bos
terus2an, tekanan secara psikis yg bikin kejiwaan seseorang terganggu,
dan yg paling sering biasa ny gara2 masalah klasik. Cinta.) Kondisi ini
dalam tingkatan tertentu bisa menyebabkan seseorang terpuruk dalam
kesakitan & penderitaan yg teramat dalam (jiah, bahasanya gitu2
amat, ckckck) ibarat racun yg membunuh secara perlahan, menusuk relung
hati yg paling dalam.... T_T
Nah, pelajarannya adalah:
kondisi ini adl lumrah, wajar, sebagai resiko kita jadi manusia yg
dianugerahi akal pikiran sama Tuhan, yg mana akal pikiran itu membuat
kita2 bisa merasakan berbagai ekstraksi dari sisi emosional manusia,
berupa rasa bahagia, sedih, dan sebagainya. Poin pentingnya adalah
bagaimana kita sebagai individu bisa jujur thdp diri kita sendiri.
ketika kepedihan itu datang, jangan pernah mencoba lari dari kenyataan,
melakukan usaha sia-sia dgn mencari pelarian. Berat memang, tapi akan
lebih berat lagi jadinya jika kita berusaha untuk lari darinya, sembunyi
dengan kepura-puraan bahwa kita Tegar diluar tapi lemah dan rapuh
didalam. Jangan malu untuk menangis (krn survey membuktikan dengan
menangis, 80% orang merasakan bahwa beban penderitaan yg dialaminya
sedikit berkurang). sebagai catatan, jangan keterusan nangisnya bray/sist,
hehe.. secukupnya aja, biar kan emosimu menemukan alurnya sejenak. Krn
klo kgk disalurin tuh emosi, lu nya bisa meledak-ledak kya bom molotov
:p
Selanjutnya bait yg ini:
"Engkau
yang hatinya terluka. Di peluk nestapa tersapu derita. Seiring saat
keringnya air mata. Tak mampu menahan pedih yang tak ada habisnya"
"Hanya diri sendiri. Yang tak mungkin orang lain akan mengerti"
Klo
bagian yg ini, ni udah dalam kondisi titik nadir, titik terendah dalem
khidupan seseorang. Dengan kata lain tu org udh bner2 terpuruk,
teberacay, tekihay-kihay, parah separah2 e lah, kyk kata pepatah, sudah
jatuh tertimpa gajah, ckckck... Biasanya penderitaan seperti ini berefek
paling parah yg mengarah pada keputusasaan, yg menyebabkan down nya
psikis seseorang, dan terkadang bikin org tersebut melakukan sesuatu
diluar kendali pikirannya sendiri.
Nah, pelajarannya adalah dibait
kedua. penderitaan membuat mindset seseorang menjadi pesimistis,
keegoisan bertambah (menurutku karena sebenarnya secara naluriah org ini
sbnrnya butuh media u/ mencurahkan kepedihan yg tak mampu ditampungnya
sendirian), selain itu yg paling parah, org ini akan berfikir
individualistis, dalam artian doi gak lagi ngerasa bahwa doi terkondisi
sbg makhluk sosial yg butuh interaksi dgn org lain, karena
menurutnya org2 disekitar gak ada yg betul2 memahami dan mengerti
penderitaannya. Betul memang, ga ad yg lebih mengenal kita selain diri
kita sendiri (setuju banget malah), akan tetapi kondisi ini bila terus
berlanjut hanya akan membuat kita gila dengan diri kita sendiri,
pikiran-pikiran dan asumsi kita sendiri. hal ini terjadi sebenarnya tdk
lain karena secara naluriah kita menutup diri dgn maksud karena ingin
menghadapi masalah/penderitaan itu "Sendiri" & gak percaya bahwa
bantuan dari org lain krn hanya memberikan low impact bagi diri kita. Poin
pentingnya adalah, memang luar biasa jadi org yg mandiri & tegar,
tapi sebagai manusia kita mempunyai kapasitas yg sangat2 terbatas untuk menampung & mencerna segalanya. di sini lah kita membutuhkan orang
lain, betapapun sedikitnya peran org itu u/ meringankan beban yg kita
hadapi.
Next, bait selanjutnya:
"Di sini ku
temani kau dalam tangismu. Bila air mata dapat cairkan hati. Kan ku
cabut duri pedih dalam hatimu. Agar kulihat, senyum di tidurmu malam
nanti"
"Anggaplah semua ini. Satu langkah dewasakan diri. Dan tak terpungkiri juga bagi.. mu... "
Yuupppzz...
Bagian paling menyentuh dari bagian ini adalah sepenggal kalimat:
"Anggaplah semua ini satu langkah dewasakan diri" kata2 yg paling
bermakna menurutku, bahwasanya penderitaan seperti apapun yg kita
hadapi, mindset seperti ini lah yg seharusnya kita terapkan, dimana
penderitaan yg memang lumrah terjadi, sekecil ato seberapapun besar
adanya, dalam hidup hal2 seperti ini lah yang akan mendewasakan kita,
mematangkan pola pikir & cara kita bersikap dalam menghadapinya.
Syukur2 kita bisa jadi lilin yg menerangi sekitar yg diliputi kegelapan
(dengan jadi org yg welkom & open trhadap org lain & masalah
serta penderitaan yg dihadapinya, meskipun kapasitas kita hanya sebagai
pendengar, bukan pemecah masalah).
Okey, mungkin segini
saja kupasan yg menurutku sedikit ngeracau, hehe... but nevermind, yg
penting rasa penasaran ku sedikit banyak terobati, hehehehehehe...
mudah2an sobat2 dapat memetik pelajaran yg terkandung di dalamnya &
jadi mendewasakan kita semua dalam mindset yg selalu berpikir positif :)
Seperti
postinganku sebelumnya: Jgn terlalu memandang sulit suatu "masalah"
Krn boleh jadi kemudahan yg sbnrny trsmbunyi utk menyelesaikan
"masalah" itu jadi gk kelihatan krn mindset kita yg terlanjur
mengkategorikan bhw "masalah=sulit". Dan selalu ingatlah bahwasanya
Tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar batas kesanggupan manusia,
karenanya setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
"Anggaplah semua ini. Satu langkah dewasakan diri. Dan tak terpungkiri juga bagi.. mu... " :)
Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Salam. . . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar